Cari Blog Ini

Jumat, 25 Mei 2018

Media Matematika Roda Meteran (Kurvameter)


Roda Meteran (Kurvameter)
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah:
Media Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu:
Yusmarni, S.Pd, M.Pd



Disusun oleh:
4A Tadris Matematika
Hikmatun Nazila
Putri Indah Suntari
Raudatul
Riska Alsades




PRODI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018


Roda Meteran (Kurvameter)

A.    Kegunaan
1.    Sebagai alat bantu mengukur panjang suatu objek secara langsung.
2.    Melatih berhitung bagi anak-anak usia dini, dengan cara mendengarkan bunyi roda meteran.
B.    Alat dan Bahan
1.    Kardus
2.    Kayu
3.    Lem
4.    Kertas origami
5.    Jangka
6.    Gunting
7.    Penggaris
8.    Pena dan Spidol
C.   Langkah kerja
1.    Ambil jangka untuk membentuk kardus menjadi lingkaran roda dengan diameter 20 cm, dan dibuat dua buah roda lingkaran.
2.    Dua lingkaran kardus itu digabungkan dengan lem.
3.    Roda lalu diberi tangkai dengan kayu sampai ke titik pusat roda sehingga roda bisa berputar.
4.    Roda dan tangkai kayunya kemudian dibalut kertas origami sehingga tampak indah dan menarik.
5.    Pada roda meteran sederhana itu ditulis kata start untuk sebagai permulaan dalam roda meteran.
6.    Roda-meter dilengkapi dengan alat bunyi yang berbunyi setiap satu kali putaran  roda. Alat bunyi terbuat dari plastik pegas yang menempel di roda.
7.    Dan menimbulkan gesekan bunyi ketika tergesek oleh tangkai roda.




Hasil Revisi Logo Nuansa Matematika

Hasi, Revisi ke-3 
Juara 1 Lomba Logo Nuansa Matematika ke-13

Coming soon Nuansa Matematika

by: putriindahsuntari

Lomba Logo Nuansa Matematika ke-XIII

Hasil Logo perwakilan dari kelas 2016 A

Dan Pemenang Juara 1 Lomba Logo Nuansa Matematika ke-13

Edisi Curhat



Bismillahhirohmanirrohhim.
Alhamdulilah, berkat rahmat Allah saya masih bisa melalui sebuah perjalanan hidup di dunia ini.
cieeleh,, sok puitis gitu.. hahaha

pada postingan sebelumnya, saya memposting hasil review jurnal internasional Matematika yang saya review. Hasil review ini merupakan tugas pokok dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika sebagai syarat tugas wajib mahasiswa. Selain sebagai tugas wajib dosen Ibu Marny Zulyanty ini juga memberikan sebuah bonus yang spekatakuler menurut saya karena memberikan motivasi kepada mahasiswa dengan memberikan tugas berupa tiga review jurnal internasional ditambah jika hasil review nya bagus maka mahasiswa tersebut bisa menjadi mahasiswa pembimbing dosen ibu Marny Zulyanty.
wah,,, ini peluang yang bagus, tapi harus benar-benar bagus hasil reviewnya. intinya harus optimis dan yakin, dan Alhamdulilah saya selesai melaksanakan tugas tersebut. dan yang paling membahagiakannya lagi saya salah satu dari hasil review jurnal internasional terbaik versi ibu Marny Zulyanty dan otomatis saya juga merupakan mahasiswa pembimbing skripsi ibu Marny.
   Syukur Alhamdulilah saya ucapkan kepada Allah. pokoknya kebahagian ini gak bisa lupa dalam pikiran saya, semoga Allah selalu mendengarkan doa-doa hamba-hamba yang sholeh.
Aamiin. Wassalam

Review Jurnal Internasional Matematika Part 3


IMPLEMENTING INQURY-BASED LEARNING AND
EXAMINING THE EFFECTS IN JUNIOR COLLEGE
PROBABILITY LESSONS
Jessie Siew Yin Chong1, Mauereen Siew Fang Chong2, Masitah Sharhil3,
Nor Azura Abdullah3
1 Maktab Duli Pengiran Muda Al-Muhtadee Billah, Ministry of Education, Bandar Seri
Begawan, BE 1318, Brunei Darussalam 2 Brunei Darussalam Teacher Academy, Ministry of Education, Bandar Seri Begawan,  BJ 2524, Brunei Darussalam 3 Sultan Hassanal Bolkiah Institute of Education, Universiti Brunei Darussalam, Bandar  Seri Begawan, BE 1410, Brunei Darussalam
MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS
INQUIRY DAN EFEK KINERJA PELAJARAN
PROBABILITAS DALAM COLLEGE JUNIOR
Direview oleh:
Putri Indah Suntari1
1
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
1 putriindahsuntari@gmail.com

Abstract
This study examined how Year 12 students use their inquiry skills in solving conditional probability questions by means of Inquiry-Based Learning application. The participants consisted of 66 students of similar academic abilities in Mathematics, selected from three classes, along with their respective teachers. Observational rubric and lesson observation checklist were used as the data collection instruments. The results obtained were analyzed and then quantitatively reported. Findings from the observational rubric revealed that Year 12 students were able to understand most of the questions during the activity, but they only select and use one previously learned method to solve the questions during the activity. In addition, these students rarely seek and asked probing questions during the activity. They only used words, diagrams and numbers to interpret the solutions to the questions and make connections between them but with few mistakes detected.

Keyword: Statistic Education, Condition Probability, Inquiry-Based Learning, Students’ Performance

PENDAHULUAN
            Studi ini meneliti bagaimana siswa Kelas 12 di Brunei Darussalam menggunakan keterampilan penyelidikan mereka dalam memecahkan pertanyaan probabilitas bersyarat melalui aplikasi Inquiry-Based Learning. Peserta terdiri dari 66 siswa akademis yang memilki kemampuan sama dalam Matematika.
            Permintaan untuk pengembangan berkelanjutan, siswa menuntut agar guru menjadi inovatif dalam pendekatan pengajaran. Meskipun demikian, pendidikan matematika konvesional tetap berpusat pada guru di mana siswa bergantung pada guru untuk mendapatkan informasi belajar. Di Brunei Darussalam, siswa menampilkan yang diterima tentang apa yang diajarkan guru khususnya di Matematika. Siswa cenderung menghafal dan mengunakan formula matematis yang diperlukan untuk menjawab penilaian. Ini mengakibatkan siswa menghadapi kesulitan saat dihadaplan pada situasi yang membutuhkan penerapan, pengetahuan, penemuan pengetahuan baru, atau latihan kreativitas (Prahmana, Zulkardi, & Hartono, 2012). Misalnya, mayoritas siswa kelas 12 di Brunei Darussalam menyalahgunakan rumus untuk probabilitas bersyarat saat memecahkan masalah. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap konsep probabilitas bersyarat (Chong Shahrill, 2014), yang mengarah pada terjadinya kesalahpahaman.
            Inquiry-Based Learning adalah pendekatan pendagogis konstruktivis di mana siswa dipresentasikan dengan kesempatan untuk mengendalikan proses belajar mereka melalui eksplorasi, penemuan, pembangunan, pengetahuan dan pemahaman, refleksi dan pemikiran kritis (Santrock, 2001), bukan dikte guru (Huziak-Clark et al,. 2007). Studi sebelumnya menemukan bahwa pendekatan IBL memotivasi siswa untuk mencari jawaban dari pembelajaran dan meningkatkan hasil afektif dan kognitif siswa (Herman & Knobloch, 2004). Temuan menunjukkan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam pelajaran berbasis Inquiry telah meningkatkan  tingkat retensi dan peningkatan kemampuan memecahkan masalah, selain itu siswa juga menunjukkan “kinerja yang lebih baik pada dekontekstual masalah pada matematika” (Brune, 2010:45)
            Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti ini melakukan penelitian dengan judul “Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Inquiry dan Efek Kinerja Pelajaran Probabilitas dalam College Junior”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengadaptasi IBL sebagai pendekatan instruksional baru yang akan digunakan dalam pengajaran tingkat mahir probabilitas bersyarat, dan untuk menyelidiki bagaimana siswa Kelas 12 menggunakan keterampilan penyelidikan mereka dalam menyelesaikan pertanyaan probabilitas bersyarat melalui penerapan Inquiry-Based Learning. Manfaat penelitian diharapkan agar siswa Kelas 12 dapat menggunaan keterampilan penyelidikannya.

METODE
            Metode penelitian ini adalah menggunakan metode kuantitatif untuk menyelidiki dampak penerapan IBL di Kelas 12 pada pelajaran Probabilitas. Instrumen utama yang digunakan untuk pengumpulan data bersifat observasi rubrik dan daftar periksa pelajaran. 
Rubrik pengamatan terdiri dari empat kategori dibuat mendasari pedoman dari Andrade (2000), dan digunakan untuk menyelidiki bagaimana siswa Kelas 12 menggunakan keterampilan penyelidikan mereka saat memecahkan pertanyaan probabilitas bersyarat dalam kelompok Itu. Daftar periksa pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini melayani dua tujuan. Pertama, mereka menggunakan untuk menganalisa kemajuan pelajaran IBL dan menemukan kesulitan yang dihadapi saat menerapkan pelajaran. Kedua, daftar periksa observasi pelajaran 'menilai lima kriteria: organisasi konten, strategi komunikasi, penilaian, perilaku siswa, dan memberikan informasi bagi para peneliti dan para guru terlibat dalam kemajuan pelajaran. Peringkatnya adalah (1) tidak sama sekali, (2) rendah, (3) sedang, (4) tinggi, dan (5) sangat tinggi. Hasil dari peringkat juga memberikan masukan bagaimana caranya siswa dari Kelas A, B dan C menggunakan keterampilan penyelidikan mereka dalam memecahkan pertanyaan probabilitas bersyarat selama pelajaran.
Rubrik terdiri dari empat kategori: pengertian, pengetahuan sebelumnya, tanya jawab dan interpretasi digunakan untuk mengukur kemampuan penyelidikan siswa. Karena waktunya berkendala, keterampilan inquiry dalam penelitian ini hanya mengacu pada keterampilan siswa dalam memahami masalah, penggunaan pengetahuan sebelumnya, pertanyaan dan interpretasi melalui kegiatan eksplorasi. Sebuah perangkat perekaman video juga digunakan saat mengamati pelajaran untuk memperkaya informasi yang dikumpulkan dari daftar periksa serta rubriknya. Lokasi penelitian ini adalah di junior college co-pendidikan Brunei Darussalam (setara dengan 11 th dan 12 th nilai di Sekolah Amerika).

PENUTUP
Simpulan
Dalam penelitian ini, hanya satu pelajaran IBL yang dilakukan di setiap kelas. Karena itu, siswa kelas 12 hanya belajar dengan belajar selama satu pelajaran saja. Selain itu juga yang pertama waktu yang mereka temui dan memecahkan pertanyaan probabilitas bersyarat dengan menggunakan inquiry. Karena dengan jumlah waktu yang terbatas, mereka mungkin tidak terbiasa dengan pengalaman belajar baru ini dan mungkin ini alasan mengapa adanya dalam kecakapan penyelidikan siswa Kelas 12 tidak seaman penelitian yang dilakukan di internasional (Brune, 2010; Ismail, 2008). Demikian pula, Vahey dkk. (1999) juga menyebutkan bahwa tidak semua kegiatan berbasis penyelidikan dijamin dapat menghasilkan pembelajaran produktif dalam Probabilitas dan Statistik.
Sementara itu, analisis kuantitatif menggunakan ANOVA satu arah pada rubrik ketiga kelas yang ditunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata keterampilan penyelidikan siswa Kelas 12 di tiga kelas (F = 5.222, p = 0,020). Dari nilai rata -rata, dapat disimpulkan bahwa siswa di Kelas C (M = 11.83) memiliki kemampuan penyelidikan terbaik saat menyelesaikan pertanyaan probabilitas bersyarat dibandingkan dengan Kelas A (M = 9,40) dan Kelas B (M = 11.00).
Perlu ditekankan bahwa penelitian ini bersifat explanatory dan eksploratif dan temuannya harus dilakukan dan dipandang sebagai tentatif dan sugestif. Kesimpulan dari penelitian ini dibatasi untuk sampel tertentu yang digunakan, topik serta tes yang digunakan. Sesuai rekomendasi yang dibuat untuk memperbaiki penelitian ini dengan saran dan penelitian selanjutnya. Studi ini memberi siswa kelas 12 kesempatan untuk bertanggung jawab sendiri dalam belajar dengan membangun konsep baru melalui penyelidikan. Keseluruhan temuan dari penelitian ini terungkap dalam kinerja siswa Kelas 12 dalam probabilitas bersyaratnya yang meningkat.  Guru juga perlu kreatif dalam mengajar mereka dan menunjukkan kepada siswa bahwa ada lebih dari satu cara belajar. Kreativitas dalam penelitian ini difokuskan untuk mendorong pembelajaran berpusat pada siswa di kelas. Ini termasuk mengeksplorasi makna probabilitas bersyarat melalui aktivitas dan kemudian menghubungkannya dengan masalah kehidupan nyata.

Review Jurnal Internasional Matematika Part 2


THE STUDY OF TEACHING EFFECTIVE
STRATEGIES ON STUDENT’S MATH
ACHIEVEMENTS
Mohammad-Hassan Behzadi1, Farhad Hosseinzadeh Lotfi2, Nasrin Mahboudi3.
1.2.3 Department of Mathematics, Science and Reserarch Branch, Islamic Azad Univesrtity, Tehran , Iran
STUDI PENGAJARAN STRATEGI EFEKTIF
PADA PRESTASI MATEMATIKA SISWA
Direview oleh:
Putri Indah Suntari1
1
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
1 putriindahsuntari@gmail.com

Abstract
 One of the most important factors in student's learning weakness and academic failure, is their unfamilarity or low awareness of the learning strategies and studying in mathematics. This study is performed to examine the students' math and reading skills and their study skills that impact on their academic progress. The main objective of the research is to study with emphasis on training study strategies versus ususal method (teaching without emphasis on training study strategies) to increase the learning of mathematical concepts. The present method is quasi-experimental that via quasi-cluster sampling to adopt 17 guidance girly schools in grade 3th, to gauge effects of teaching reading skills on math learning of the students.The results of T-test showed that students who were taught with emphasis on study skills versus students who have been traditionally trained, had better math performance and higher academic achievement.Therefore it seems that teaching reading stratefies such as cognitive and meta-cognitive will ease mathematical learning process.
Keyword: Study skills, learning strategies, meta-cognition, cognition, reading, strategy.

PENDAHULUAN
            Salah satu tugas pendidikan matematika adalah menemukan alasan kurangnya pembelajaran matematika siswa. Strategi meta-kognitif adalah alat untuk membimbing dan memantau secara kognitif. Vang (1985), menyatakan bahwa banyak masalah siswa berkaitan dengan lemahnya kognitif dan meta-keterampilan kognitif dalam belajar. Siswa memiliki kinerja yang lemah. Kognisi adalah proses berpikir reguler yang mencakup pemikiran, memori, comperhend, dan tindakan yang terkait dengan penggunaan proses ini secara total, atau kognisi adalah mengetahui. Meta-kognisi adalah pengenalan kognisi atau mengetahui untuk mengetahui. Persis meta-kognisi adalah pengetahuan orang itu bagaimana belajar mandiri. Strategi utama adalah belajar alat. Startegi ini di susun dalam kategori umum; 1) latihan, 2) berkembang atau semantik memperluas, dan 3) mengatur.
            Strategi adalah evaluasi peserta didik untuk melakukan self-doing untuk menginformasikan kemajuan, supervisi dan bimbingan diri seperti pengawasan notafikasi dalam membaca teks, tanyakan diri saat belajar dan mengendalikan waktu dan kecepatan. Jenis strategi kognitif dan meta-kognitif, peneliti menyebutkan strategi utama yang bisa digunakan untuk belajar konsep matematika dan efek pada prestasi matematika; 1) strategi PQ4R, istilah PQ4R terdiri dari huruf pertama dari enam tahap metode penelitian seperti preview, question, reading, reflect, recite, dan review. 2) strategi Muerder, yang disertakan yaitu; suasana hati, memahami, ingat, mendeteksi dan digest, memperluas, dan ulasan dan menanggapi.
            Salah satu faktor terpenting dalam kelemahan belajar siswa dan kegagalan akademis, adalah ketidakjelasan mereka atau rendahnya kesadaran akan strategi belajar dan pembelajaran matematika. Penelitian ini dilakukan untuk memeriksa kemampuan matematika dan membaca siswa dan keterampilan belajar mereka yang berdampak pada kemajuan akademis mereka.
            Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti ini melakukan penelitian dengan judul “Studi Pengajaran Strategi Efektif Pada Prestasi Matematika Siswa”. Adapun tujuan utama penelitian ini adalah untuk belajar dengan penekanan pada strategi studi pelatihan versus metode (mengajar tanpa penekanan pada strategi belajar pelatihan) untuk meningkatkan pembelajaran konsep matematis. Manfaat penelitian ini diharapkan guru dapat memiliki strategi yang efektif dalam proses pembelajaran, dan siswa dapat meningkatkan prestasi matematikanya.

METODE
            Metode penelitian ini adalah quasi-experimental metode, dan peneliti memilih kelompok kontrol dan eksperimen secara acak. Ini digunakan untuk metode tradisional kelompok kontrol di Indonesia dan metode pembelajaran baru atau metode penelitian pengajaran digunakan untuk ekperimen kelompok. Setelah efek dari metode pembelajaran baru telah dipelajari dan bandingkan terhadap kelompok kontrol.
            Metode quasi-experimental yang dilakukan melalui quasi-cluster sampling untuk mengadopsi 17 panduan sekolah perempuan dikelas 3, untuk mengukur efek pengajaran keterampilan membaca pada pembelajaran matematika siswa. Kemudian untuk mendapatkan data penelitian, pretest diadakan untuk kelompok kontrol dan eksperimen. Dan metode statistik telah digunakan untuk analisis data.




PENUTUP
Simpulan
Strategi kognitif membantu kita menyiapkan informasi baru agar bisa berhubungan dengan informasi yang diketahui dan menghemat memori jangka panjang. Strategi kognitif adalah instrumen penting untuk mempelajari isi tapi strategi meta-kognitif mengawasi strategi kognitif dan membimbing mereka. Dengan kata lain, bisa mengajarkan banyak strategi pembelajaran kognitif bagi peserta didik namun jika mereka tidak menginformasikan kapan dan strategi kognitif apa harus berlaku dalam status yang ditentukan dan mengubahnya, maka tidak akan berhasil. Kemudian kognitif dan meta-kognitif strategi harus bekerja sama. Kognitif dan meta-kognitif bisa menjadi isu dan revolusi baru dalam pengajaran-proses belajar matematika. Karena konsep matematika dan subjek abstrak maka dibutuhkan bahwa peserta didik menginformasikan strategi efektif untuk pembelajaran mendalam karena konsep matematika memiliki hubungan dan jika peserta didik melupakan konsep sebelumnya, dia tidak bisa belajar dengan sampai pada konsep baru.
Oleh karena itu nampaknya strategi kognitif dan meta-kognitif meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Melakukan penelitian strategi pembelajaran (strategi kognitif dan meta-kognitif) menunjukkan bahwa penggunaan metode ini meningkatkan prestasi belajar dan belajar. 
Dalam penelitian ini, hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata kelompok kontrol dan eksperimen ada perbedaan yang signifikan. Ini menyimpulkan siswa yang dilatih dengan penekanan pada strategi belajar daripada siswa yang telah terlatih secara tradisional kinerja matematika lebih baik dan prestasi berprestasi tinggi (grade tertinggi). Beberapa saran telah dibuat sebagai berikut untuk studi lebih lanjut:
1)    Beberapa penelitian harus dilakukan pada jenis sikap dan motivasi siswa tentang mengajar keterampilan belajar,
2)    Penelitian dengan subjek yang sama pada sejumlah besar siswa perempuan dan siswa laki-laki harus melakukan dan mereka pertunjukan dengan dibandingkan.
3)    Penelitian ini harus dilakukan pada beberapa mata pelajaran dari buku teks.

Ada keterbatasan dalam penelitian ini seperti; penelitian ini terbatas untuk buku teks matematika dan memang diimplementasikan untuk siswa sekolah bimbingan.






Review Jurnal Internasional Matematika Part 1


MATHEMATICS TEACHERS’ PERCEPTIONS
ON ENHANCING STUDENT’S CREATIVITY
IN MATHEMATICS
Mulugeta Atnafu Ayele
Addis Ababa University, ETHIOPIA

PERSEPSI GURU MATEMATIKA TENTANG
PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM
MATEMATIKA
Direview Oleh:
Putri Indah Suntari1
1 Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
1 putriindahsuntari@gmail.com
Abstract
Creativity is a necessary and vital tool for dealing with the economic, environmental, and humanitarian challenges of the 21st century. It is also a necessary tool for brainstorming, strategizing, and solving problems. Exploratory survey design and quantitative research method were used. 102 in-service mathematics teachers were selected using stratified random sampling from two programs. The data was collected by a likert scale, and analyzed by mean, standard deviation, correlation, independet sample t-test, one way and two-way ANOVA. Most of the in-service mathematics teachers felt that they encourage and reward students’ creative ideas and different approaches in their work; motivate students engaging with mathematics; apply regularly strong background knowledge in mathematics; allow mistakes and encourage learning from their mistakes; encourage mental flexibility; explore the environment to stimulate curiosity about their world; ask questions to students and guide them to do problem differently; encourage dissent and diversity; and provide regularly postitive feedback. Therefore, training given to mathematics teachers; teachers identify mathematically creativve students and apply appropriate teaching methods and assessment techiques; creativity should be made compulsory and integrated in all school mathematics curriculum; schools create of the creative environment; awareness given to parents and the Ministry of education review the Teacher Education Program.

Keywords: Creativity, program, level of teaching, service year, mathematics

PENDAHULUAN

Kreativitas adalah alat yang penting dan penting untuk menghadapi tantangan ekonomi, lingkungan, dan kemanusiaan sejak abad ke-21. Ini juga merupakan alat yang diperlukan untuk melakukan brainstorming, menyusun strategi, dan memecahkan masalah. Sebagian besar guru dalam pelayanannya merasa bahwa mereka mendorong dan menghargai gagasan kreatif siswa dan melakukan pendekatan yang berbeda dalam pekerjaan mereka yaitu memotivasi siswa dalam matematika; menerapkan pengetahuan latar belakang yang kuat secara reguler dalam matematika; mendorong untuk belajar dari kesalahan mereka; mendorong fleksibilitas mental; menjelajahi lingkungan untuk merangsang keingintahuan tentang dunia mereka; ajukan pertanyaan kepada siswa dan membimbing mereka untuk melakukan masalah secara berbeda; mendorong perbedaan pendapat dan keberagaman; dan memberikan umpan balik secara teratur. Oleh karena itu, dilakukan pelatihan yang diberikan kepada guru matematika yaitu guru mengidentifikasi siswa yang kreatif secara matematis dan menerapkan metode pengajaran dan penilaian yang sesuai; kreativitas harus dilakukan secara wajib dan terpadu dalam semua kurikulum matematika sekolah; sekolah menciptakan lingkungan kreatif; kesadaran yang diberikan kepada orang tua dan Kementerian Pendidikan untuk meninjau program Pendidikan Guru.
Ada banyak definisi kreativitas. Sejumlah dari mereka menunjukkan bahwa kreativitas adalah generasi ide-ide baru imajinatif (Newell & Shaw, 1972), yang melibatkan inovasi atau solusi untuk masalah dan reformulasi masalah. Definisi lain mengusulkan bahwa solusi kreatif hanya dapat mengitegrasikan pengetahuan yang ada dengan cara yang berbeda. Satu set ketiga definisi mengusulkan bahwa solusi kreatif, baik baru atau digabungkan, harus memiliki nilai (Higgins,1999). Haylock (1987) diringkas banyak upaya untuk mendifinisikan kreativitas matematika, salah satu pandangan nya “mencakup kemampuan untuk melihat hubungan baru antara teknik dan bidang aplikasi dan membuat asosiasi antara ide-ide yang mungkin tidak berhubungan.
Dalam rangka meningkatkan kreativitas siswa, Horng dan rekan (2005) berpendapat bahwa guru harus melayani lebih sebagai fasilitator, pembelajaran mitra , inspirasi atau navigator selain sebagai dosen. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shriki (2008), guru percaya bahwa lingkungan yang kreatif harus mencakup kegiatan terbuka dan masalah non-rutin yang memberikan siswa kebebasan untuk menerapkan ide-ide imajinatif dan menemukan metode baru atau solusi.
Agar mampu menumbuhkan kreativitas matematika pada siswa, guru harus memperoleh pengetahuan pendagogik yang cocok selama proses pembelajaran. Namun banyak guru mengakui kurangnya pengalaman sebelumnya atau persiapan yang tepat pada pengembangan kreativitas siswa (Shirki, 2010).
Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti ini melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Guru Matematika Tentang Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Matematika”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai persepsi guru matematika dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam matematika. Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dengan adanya deskripsi tentang persepsi guru tentang meningkatkan kreativitas dalam matematika, maka guru dapat meningkatkan dan menumbuhkan kreativitas matematika pada siswa, dan memperbaiki dan menemukan strategi dan metode yang tepat untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam matematika.

METODE

       Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dan terfokus pada kuesioner skala Likert. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui (Kasiram, 2008: 149).
       Metode populasi dan sampling pada penelitian ini terdiri dari 306 in-service matematika guru di Universitas Addis Ababa, 102 guru matematika in-service dipilih menggunakan stratifik random sampling, dan dari 102 in-service ini guru matematika, 63 adalah guru besar dan 39 guru PDGT; 30 mengajar disekolah menengah dan 40 sedang mengajar disekolah persiapan dan 38 tahun mengajar singkat, 32 memiliki rata-rata tahun ajaran mengajar, dan 32 tahun mengajar yang panjang.
       Skala Likert pada “persepsi guru matematika in-service tentang peningkatan kreativitas siswa dalam matematika” yang memiliki 13 item, dan semua item dinilai dalam skala Likert 1-5 dan responden diminta untuk menanggapi setiap item dengan menggunakan skala lima titik yang sangat kuat tidak setuju sepertu sangat setuju=5, setuju=4, netral=3, tidak setuju=2, dan sangat tidak setuju=1.
       Skala persepsi guru dalam meningakatkan kreativitas siswa di Matematika ditinjau berdasarkan komentar para profesional untuk validitas wajah dan konten. Sebuah studi pendahuluan dilakukan untuk menentukan validitas dan reliabilitas dari skala. Tiga puluh in-service guru matematika yang tidak termasuk dalam kajian utama diambil dari Addis Ababa University. Dari studi percontohan koefisien alpha dari Cronbach menghasilkan 0,834 untuk skala meningkatkan siswa ‘kreativitas dalam matematika. The Cronbach Alpha koefisien realiabilitas untuk variabel ini menunjukkan bahwa mereka memiliki tinggi internal-reliabilitas konsistensi.
PENUTUP
Simpulan
        Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan penalaran para siswa, guru harus menghargai kreativitas kelas; dan membantu dan menghargai ide dan produk kreatif siswa melalui pengakuan publik dengan mendorong siswa untuk mengambil pendekatan unik dan berbeda dalam pekerjaan mereka. Guru harus menerapkan secara teratur pengetahuan latar belakang yang kuat dalam matematika dengan mengeksplorasi lingkungan untuk merangsang keingintahuan tentang dunia mereka. Di tingkat sekolah, kreativitas dalam matematika ditingkatkan dengan menerapkan pengajaran dengan menggunakan teknologi yang tepat guna; kegiatan terbuka dan masalah non rutin yang memiliki banyak jawaban yang benar; pendekatan pemodelan; diskusi kelompok, kerjasama, kolaborasi dan dukungan sosial; pertanyaan yang tepat siswa harus diberikan dan termotivasi untuk terlibat dan berjuang dalam memecahkan masalah matematika yang buruk atau terbuka. Memecahkan masalah matematika yang menantang seperti itu bisa membuat siswa lebih dalam memahami dan mengalami kreativitas dalam melakukan proses matematika dan juga mencoba berpikir sebagai matematikawan, yang berarti bahwa siswa didorong untuk merenungkan gagasan mereka sendiri. Untuk tujuan ini, perlu meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan dan menerapkan lingkungan pendidikan yang memberikan atmosfir yang aman sehingga siswa terdorong untuk mengambil risiko; membuat kesalahan dan mendorong belajar dari kesalahan mereka; dan berinteraksi dengan orang lain dan berbagi sudut pandang mereka. Guru juga mendorong fleksibilitas mental, perbedaan pendapat dan keragaman gagasan dan memberi umpan balik positif secara teratur.